Merayakan Kemerdekaan di Tengah Liburan

MY HOLIDAY

MERAYAKAN KEMERDEKAAN DI TENGAH LIBURAN




CANTIKA AURA PUTRI - 3220022019




FAKULTAS EKONOMMI BISNIS DAN TEKNOLOGI DIGITAL


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2025


Liburan kali ini terasa begitu berbeda. Biasanya, setiap kali tanggal merah panjang tiba, aku lebih suka menghabiskan waktu dengan bersantai di rumah atau sekadar jalan-jalan ke tempat wisata bersama teman-teman. Namun tahun ini, ada sesuatu yang membuatku harus rela menunda keinginan itu. Tepat pada bulan Agustus, lingkungan rumahku tengah bersiap merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80. Bagi sebagian orang, mungkin acara tujuh belasan hanyalah tradisi tahunan. Tetapi bagiku, menjadi bagian dari panitia tahun ini adalah pengalaman yang tak akan pernah kulupakan.

Sejak awal bulan, suasana lingkungan rumah sudah berubah ramai. Bendera merah putih berkibar di setiap rumah, gapura dihiasi dengan cat warna-warni, dan lampu-lampu kecil dipasang di sepanjang jalan. Aku yang kebetulan masuk kepanitiaan lomba, setiap sore ikut rapat di pos RT. Tugas utamaku adalah membantu bagian perlombaan siang hari sekaligus dipercaya menjadi MC di acara malam tirakatan. Mendapat peran ganda seperti itu awalnya membuatku gugup, apalagi aku bukan tipe orang yang terbiasa berbicara di depan umum. Namun, semangat untuk merayakan kemerdekaan membuatku berani mencoba.

Hari perlombaan tiba dengan penuh keceriaan. Dari pagi, anak-anak sudah berkumpul di lapangan dengan wajah cerah dan semangat berapi-api. Lomba balap karung, makan kerupuk, hingga tarik tambang membuat suasana semakin meriah. Aku yang menjadi panitia harus berkeliling, memastikan semua peserta tertib, hadiah siap, dan lomba berjalan lancar. Walau lelah berlari ke sana kemari, melihat tawa anak-anak dan orang tua yang ikut mendukung dari pinggir lapangan membuat rasa capekku terbayar lunas. Di sela-sela kegiatan itu, aku teringat cerita sejarah perjuangan bangsa. Betapa berat perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan, dan kini kami bisa merayakannya dengan penuh sukacita.

Menjelang sore, panitia mulai bersiap untuk acara malam tirakatan. Malam itu adalah puncak dari seluruh rangkaian kegiatan. Warga lingkungan rumah berbondong-bondong datang membawa jajanan, nasi tumpeng, dan aneka makanan untuk dinikmati bersama. Lampu-lampu hias dinyalakan, membuat suasana lingkungan terasa begitu hangat. Jantungku berdegup kencang, karena inilah pertama kalinya aku harus berdiri di depan banyak orang sebagai MC.

Ketika mikrofon kusambut dengan tangan yang sedikit gemetar, aku menarik napas panjang lalu mengucapkan salam pembuka. Tak kusangka, suara warga yang menjawab serentak membuat rasa gugupku sedikit reda. Aku membawakan acara demi acara, mulai dari pembacaan doa, sambutan ketua RT, hingga penampilan anak-anak yang menyanyikan lagu perjuangan. Setiap kali berhasil melangkah ke bagian acara berikutnya, rasa percaya diriku semakin tumbuh.

Puncak malam tirakatan adalah renungan bersama tentang arti kemerdekaan. Kami semua duduk hening sejenak, mengingat jasa para pahlawan yang gugur demi tanah air. Ada rasa haru yang menyelinap, apalagi ketika salah satu sesepuh lingkungan bercerita tentang pengalaman masa mudanya saat menyaksikan perayaan kemerdekaan pertama kali di tahun 1945. Aku merasakan betul bahwa kemerdekaan bukan hanya sekadar kata, melainkan warisan yang harus dijaga dan diisi dengan hal-hal positif.

Setelah acara resmi selesai, suasana berganti menjadi penuh tawa lagi. Warga makan bersama, saling bercengkerama, dan anak-anak berlarian membawa bendera kecil di tangan mereka. Aku duduk sebentar di kursi panitia, menatap suasana yang hangat itu sambil tersenyum lega. Semua kerja keras, rapat berhari-hari, dan rasa lelah ternyata berbuah indah. Aku bangga bisa menjadi bagian dari perayaan HUT RI ke-80 ini, bukan hanya sebagai penonton, tetapi juga sebagai orang yang ikut menghidupkan suasana.

Malam semakin larut, tetapi semangat kemerdekaan masih terasa di hati. Aku menyadari bahwa merdeka bukan hanya tentang terbebas dari penjajahan, melainkan juga tentang kebersamaan, gotong royong, dan rasa cinta tanah air. Liburan kali ini mungkin tidak kuhabiskan dengan jalan-jalan, namun pengalaman menjadi panitia dan MC di acara lingkungan rumah adalah momen liburan paling berharga yang pernah kumiliki.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Essay About Me

Holiday Vibes - Pojok Literasi